Cari Blog Ini

Senin, 16 Agustus 2010

konsep hantaran banjir

KONSEP HANTARAN BANJIR

Restorasi daerah hantaran banjir diakui sebagai langkah penting dalam restorasi lahan basah di seluruh dunia. Di amerika Utara parapeneliti terus mengumpulkan data-data yang penting untuk melaksanakan proyek restorasi  lahan basah.
   Konsep hantaran banjir ininpertama kali dikembangkan untuk menggambarkan perubahan debit air di dataran Amazon dan hubungannya dengan dinamika fungsional dan pemeliharaan keanekaragaman hayati.
Interkoneksi antara saluran sungai dan hantaran banjir sangant penting artinya karena berhubungan dengan produksi . dekomposisi dan fluktuasi air.
   Untuk mengembalikan lahan basah diantaranya adalah penghapusan bendungan, dechannelisasi , remeandering, penambahan puing, rediversi air dan tanggul. Untuk merubah landscape tidaklah mudah baik dari aspek fisik maupun politik.
   Pengubahan ekosistem pesisir sungai di seluruh dunia begitu luas menyebar. Beberapa contohnya terjadi di daerah eropa, republik unisoviet dan daerah utara meksiko. 77 % dari total debit dipengaruhi oleh bendungan dan pengoprasian waduk, pengalihan interbasin dan irigasi.
   Sungai – sungai di sepanjang negara industri hampir tidak ada yang direstorasi. Namun demikian beberapa sungai diantaranya yang telah direstorasi masih juga ada yang banjir seperti di Illionis.
   Setelah tanggul dibangun di sepanjang sungai-sungai besar seperti Missisipi , hantaran banjir dikonversi ke penggunaan lain, seperti pertanian.
Jika orang sudah pindah ke daerah hantaran banjir maka sangatlah sulit untuk merekayasa ulang daerah hantaran banjir.
Banjir adalah suatu ancaman bagi seluruh penghuni dunia, oleh karena itu hendaknya kita bijaksana untuk membatasi sungai dari daerah pemukiman  karena bagian dari hantaran banjir dapat digunakan sebagai fasilitas yang disediakan oleh alam sebagai tempat menampung banjir.




   Banjir dapat mengurangi kekayaan spesies secara keseluruhan. Spesies akan mati dalam kondisi anaerobik, meskipun spesies tersebut memiliki kemampuan untuk bertahan. Efek jangka panjangnya menunjukkan bahwa ketika terjadi banjir banyak spesies yang hilang sebagaimana yang ditunjukkan dari sebuah studi dari delapan sungai di Swedia.
   Impoudment sering digunakan dalam restorasi sebagai sarana untuk meningkatkan kadar air di lahan basah  - kering, tetapi karena kurangnya hantaran banjir penyebaran benih menjadi suatu masalah.
Bendungan menghambat pergerakan hydrocorous karena fragmentasi dan kecepatan arus yang rendah, ini akan mempengaruhi ketersediaan benih di sepanjang koridor.
   Restorasi yang sukses tergantung pada pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan tanaman dan hewan. Tanpa adanya hantaran bajir, penyebaran dari beberapa benih dari beberapa spesies dapat terhambat.












Minggu, 15 Agustus 2010

try my blog

alhamdulillah blognya jadi juga..udah nyoba posting enceng gondok tapi cuma copy paste dari wikipedia..he2.namanya juga baru belajar..buat teman2 yang punya masukan tlg dikoment ya....biar blognya bisa lebih bermanfaat lagi..yang mau nyumbang tulisan juga boleh..he2

enceng gondok

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2]Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.[1]
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.[3] Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogenfosfat danpotasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.[3]

Dampak Negatif

Kolam yang dipenuhi eceng gondok yang sedang berbunga
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
  • Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
  • Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
  • Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
  • Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
  • Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
  • Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

[sunting]Penanggulangan

Karena eceng gondok dianggap sebagai gulma yang mengganggu maka berbagai cara dilakukan untuk menanggulanginya. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
  • Menggunakan herbisida
  • Mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
  • Menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut.[4]
  • Memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas[5], perabotan[6], kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.

[sunting]Pembersih Polutan Logam Berat

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen.[7]
Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.

[sunting]Referensi

  1. ^ a b Eceng Gondok, tumbuhan pengganggu yang bermanfaat. e-smartschool.com.
  2. ^ (28 September 2003). Eceng Gondok, Gulma Sahabat Manusia?U. Sirojul Falah. Harian Pikiran Rakyat.
  3. ^ a b (4 Agustus 2006). Eichhornia crassipes (aquatic plant)Invasive Species Specialist Group (ISSG). Global Invasive Species Database.
  4. ^ (28 Maret 2001). Mengendalikan Eceng Gondok Danau KerinciNasrul Thahar. Harian Kompas.
  5. ^ (30 Juni 2007). Eceng Gondok Untuk Bahan Bakar Biogas. Harian Kompas.
  6. ^ (15 Januari 2007). Ngadiman Berbagi Ilmu Eceng GondokStefanus Osa Triyatna. Harian Kompas.
  7. ^ (2 Juli 2003). Eceng Gondok Pembersih Polutan Logam BeratDr Hasim DEA. Harian Kompas.